Slider

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Recent Tube

POLITIK

NASIONAL

DUNIA

DAERAH

Sports

GALLERY

» »Unlabelled »

CATATAN HARI KESEMBILAN BELAS

Saya terenyuh menyaksikan pidato pengunduran diri PM Inggris Raya Theresa May. PM perempuan kedua dalam sejarah negara Ratu Elizabeth itu menyampaikan pidatonya dengan runut dan tegar, meski ada momen di mana pecah juga pertahanan dirinya.

https://www.google.com/amp/s/amp.cnn.com/cnn/europe/live-news/theresa-may-resignation-announcement-0524-gbr-intl/index.html

Kemunduran Theresa May ini dilakukan tanpa adanya desakan mundur dari masyarakat Inggris Raya. Tidak ada demo besar apalagi sampai memakan korban yang menuntut beliau lengser keprabon.
Theresa May memutuskan untuk meletakkan jabatannya atas kesadarannya sendiri. Kesadaran bahwa dirinya sebagai pemimpin pemerintahan tidak berhasil mewujudkan aspirasi masyarakat Inggris Raya untuk keluar dari Uni Eropa. Sejak referendum Brexit pertama tahun 2016 lalu, tenggat waktu pelaksanaan Brexit sudah beberapa kali mengalami pengunduran. Tenggat terakhir yang disepakati adalah Oktober 2019. Apakah akan terwujud, mari kita tunggu.

Brexit diputuskan setelah 51,9% rakyat menyatakan ingin keluar dari Uni Eropa. Mayoritas yang tipis, sama sekali jauh dari "landslide majority". Tapi namanya demokrasi ya begitu. "50% + 1 suara" sudah dianggap mayoritas.

Saya tidak terlalu mengikuti setiap detil perkembangan Brexit ini, selain pelaksanaannya yang maju mundur syantik. Memang banyak ketidakpuasan di masyarakat Inggris Raya akan kepemimpinan PM-nya, tapi setahu saya tidak ada yang sampai ingin memakzulkan beliau.

Dalam pidatonya tadi, May menyampaikan berbagai kemajuan dan keberhasilan yang dicapai pemerintahan Konservatif yang dipimpinnya. Tapi May juga menyebutkan kegagalannya membawa Inggris Raya keluar dari Uni Eropa. Ia akan mundur secara efektif tanggal 6 Juni 2019 nanti. Dan berharap PM penggantinya bisa mewujudkan mandat rakyat yang tertuang dalam Brexit.

Saya tidak ingin berpanjang lebar lagi mengenai pidato pengunduran diri May.

Yang saya soroti dan kagumi adalah kebesaran hatinya sebagai seorang pemimpin negara untuk mengakui bahwa ia telah GAGAL meski banyak juga pencapaian positif pemerintahannya.
Ketidakberhasilannya memenuhi janji, mewujudkan aspirasi rakyat, meski dengan mayoritas tipis sekalipun, membuatnya memutuskan untuk mundur. Tidak ada rasa malu atau kalah. Yang dia rasakan adalah kesedihan akan ketidakmampuannya mengemban amanah rakyat.
Dibutuhkan keberanian luar biasa bagi seorang pemimpin untuk mengakui bahwa ia telah gagal. Bahwa ia merasa tidak pantas lagi membawa perubahan dan memimpin negara ke arah kemajuan yang diharapkan bersama.

Saya juga teringat berapa banyak menteri dan bahkan PM di Jepang dan negara-negara maju lainnya yang dengan legowo dan ksatria mengundurkan diri dari jabatan karena merasa gagal.

Tapi tidak sedikit pula kepala pemerintahan yang harus dipaksa untuk mundur oleh rakyatnya. Baik melalui proses pemakzulan oleh wakil rakyat, kudeta militer, hingga people power atau kekuatan rakyat. Banyak contohnya. Kita cukup meneladaninya.

Bagaimana dengan negeri tercinta Indonesia? Kita pernah punya pemimpin yang jatuh karena "kudeta" yang dilegitimasi melalui Supersemar. Kita juga pernah mengalami pemerintah Orde Baru yang tumbang karena people power. Kita pernah punya presiden yang laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR sehingga harus meletakkan jabatan.

Kita pernah, dan sedang, memiliki pemimpin yang dipilih oleh mayoritas tipis masyarakat Indonesia. Pemimpin yang sepanjang lima tahun pemerintahannya selalu gaduh dan membuat rakyat begitu terpecah-belah. Pemimpin yang banyak ingkar janji dan partai pendukungnya terbukti paling korup tapi anehnya mendapat raihan suara terbanyak.

Kita sedang menjalankan takdir hidup di bawah pemimpin yang tidak cakap memimpin negara. Yang lebih banyak menghindar ketika ditanya wartawan atau disambangi rakyatnya. Beliau yang tidak percaya diri berdiri di antara para pemimpin di forum-forum internasional. Pemimpin yang para mentrinya seperti mengambil alih banyak peran kepala pemerintahan. Pemimpin yang clueless, speechless, dan lebih banyak menunggu laporan karena ia adalah semata petugas partai.
Pemimpin yang kemenangannya kali ini dinodai dengan jatuhnya ratusan korban jiwa demi melaksanakan pesta demokrasi. Pemimpin yang di bawah perhatiannya, pelaksanaan Pemilu dilaksanakan dengan begitu banyak kecurangan.
Pemimpin yang tidak mengayomi seluruh rakyat, melainkan hanya rakyat yang memilih dan mau menundukkan badan di hadapannya saja.

Apakah pemimpin seperti ini masih menganggap dirinya berhasil? Apakah pemimpin seperti ini pernah berpikir untuk meletakkan jabatan karena ia tak sanggup mengemban amanah?

Hanya Tuhan dan sang pemimpin yang tahu jawabannya. Kita rakyat djelata ini hanya bisa patuh dan taat sesuai peraturan hukum. Karena rakyat pernah diancam, kalau tidak ingin berurusan dengan polisi, jangan macam-macam.
Ini pemerintah yang kita punya sekarang.

***

#CatatanRamadhanIcha2019

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply