Tahun "Kelam" Wartawan Indonesia
Kongres oragnisasi wartawan
terbesar di Indonesia, dua periode terakhir, konon kabarnya mulai
"basah".
Calon Ketum melakukan serangan fajar menyirami peserta dengan
dolar Amerika untuk mangganti seluruh transportasi akomodasi dan
tambahan uang saku. Begitu kata ew Barce mantan wartawan senior olahraga dari Harian Prioritas
Jika budaya ini terus berlanjut ujar Barce, maka profesi wartawan semakin pudar dimata masyarajkat.
Karena itu seluruh insan pers
perlu menyikapi masalah ini dengan serius dan tegas. Apalagi tahun ini
akan berlangsung Kongres PWI yang
waktunya hampir bersamaan dengan tahun politik pemilihan unum kepala
daerah, legislatif dan presiden.
Jangan sampai terjadi organisasi
wartawan diseret-seret , dukung mendukung pada pemilu memdatang.
Kasus Hari Pers Nasional (HPN) di Padang-Sumbar bulan lalu cukup
mengejutkan kita. Tiba-tiba Ketua Umum PWI Margiono mengajak masyarajat
Sumbar memilih Jokowi pada Pemilu mendatang.
Sikap Margiono mebuat
dunia Pers semakin tidak nyaman. Makanya banyak sekarang ini masyarakat
akan mengajukan judical review undang undang dan produk turunan dewan
pers.
Bahkan program-program organisas wartawan seperti PWI,AJI, AJTi dan sebagainya
perlu dikocok ulang.
Kalau perlu dihapus seperti HPN (Hari Pers Nasional yang menguras APBD dan
APBN tidak sedikit.
"Mari kita canangkan Wartawan yang Merdeka tanpa Prasangka!," ajak Barce
Tidak ada komentar: