Oleh : Eddy Sofyan
Jika saya renungi dengan cermat maka kehidupan saya sejak bocah usia lk 7 tahun tidak pernah terpisahkan dengan sepakbola..awal sebagai bocah pulang sekolah gak peduli dg cuaca panas terik atau hujan saya main bola dg teman2 seusia...tempatnya dimana saja bisa... paling bagus dibekas sawah.
Lalu setelah dewasa saya bergabung dengan klub yg pemain2nya dari berbagai suku bangsa, jawa..sumatera..sulawesi maluku dan papua.
Pengalaman berharga untuk membangun kebersamaan dalam perbedaan menuju kesatu target dan satu tim. Dalam tim diatur berbagai posisi dan tugas saat menyerang juga bertahan untuk satu tujuan. Wasit selalu mengawasi jalannya permainan, yang melanggar peraturan jelas kena sanksi dan soal kemampuan itu tetap menjadi milik individu pemain2, teknik atau fisik.
Hasil ahir pertandingan kedua tim harus menerima dengan sportif jika kalah..atau tetap rendah hati saat menang
Arsitek sepakbola dunia "mou" ( Mourinho ) pernah diundang perdana menteri Israel Shimon Peres untuk pidato di depan parlemen Israel tentang sepakbola dan polotik, anggota parlemen Israel yang dikenal bagai batu karang diam dan tertegun mendengar pidato mou..dan standing aplaus saat ahir pidato.
Kesimpulannya ternyata politik dan sepakbola memiliki karakteristik yang sama, partai adalah klub, kader partai adalah pemain.
Memasuki tahun politik mari kita umpamakan sebuah kompetisi liga, semua menghormati aturan, dan suporter atau pendukung tetap tertib.
Kalo PSSI belum sanggup menciptakan kompetisi yang berkualitas maka tantangan untuk partai dan para calon kepala daerah juga KPU untuk menciptakan tahun politik yang berkualitas.. aman dan tertib.
Itulah kesamaan politik dan sepakbola.
Tidak ada komentar: